Selasa, 01 Januari 2013

Perilaku Semut



LAPORAN PRAKTIKUM ETOLOGI

PENGAMATAN PERILAKU SEMUT
                                                                                                      

uny hitam2


Disusun Oleh:

Suci Utami                  (08308144017)
Abdu Rohman                        (08308144023)
Satiyem                       (08308144026)
Sri Pujawati                 (08308144027)
                                   


PROGRAM STUDI BIOLOGI SWADANA
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011


PENGAMATAN PERILAKU SEMUT

A.    LATAR BELAKANG

Semut adalah makhluk hidup dengan populasi terpadat di dunia. Perbandingannya, untuk setiap 700 juta semut yang muncul ke dunia ini, hanya terdapat 40 kelahiran manusia. Tentu masih banyak informasi lain yang menakjubkan bisa dipelajari tentang makhluk ini.
Semut merupakan salah satu kelompok yang paling “sosial” dalam genus serangga dan hidup sebagai masyarakat yang disebut “koloni”, yang “terorganisasi” luar biasa baik. Tatanan organisasi mereka begitu maju sehingga dapat dikatakan dalam segi ini mereka memiliki per-adaban yang mirip dengan peradaban manusia.
Di masa kini, para peneliti yang cerdas dan berpendidikan tinggi bekerja siang-malam dalam pelbagai lembaga pemikiran untuk merumuskan organisasi sosial yang sukses dan menemukan solusi yang langgeng untuk berbagai masalah ekonomi dan sosial. Para ideolog juga telah menghasilkan berbagai model sosial selama berabad-abad. Namun secara umum, belum terlihat tatanan sosial sosioekonomis yang berhasil dicapai melalui segala upaya intensif ini.
Karena sejak dulu konsep tatanan masyarakat manusia didasarkan pada persaingan dan kepentingan individu, tatanan sosial yang sempurna tidak mungkin tercapai. Sementara, semut-semut telah menjalani sistem sosial yang ideal bagi mereka selama jutaan tahun hingga hari ini. Sehingga perilaku semut ini menarik untuk dipelajari dan diteliti lebih lanjut.

B.     PERUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja aktifitas-aktifitas yang dilakukan semut.
2.      Bagaimana prosentase tertinggi dari aktifitas yang dilakukan semut.
C.    TUJUAN
1.      Dapat mengidentifikasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan semut.
2.      Dapat mengetahui prosentase tertinggi dari aktifitas yang dilakukan semut.
D.    KAJIAN TEORI
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan
Semut telah menguasai hampir seluruh bagian tanah di Bumi. Hanya di beberapa tempat seperti di Islandia,Greenland dan Hawaii, mereka tidak menguasai daerah tesebut. Di saat jumlah mereka bertambah, mereka dapat membnetuk sekitar 15 - 20% jumlah biomassa hewan-hewan besar.
Rayap, terkadang disebut semut putih, tidak memiliki hubungan yang erat dengan semut, walaupun mereka memiliki struktur sosial yang sama. Semut beludru, walaupun menyerupai semut besar, tapi mereka merupakan tawon betina yang tidak bersayap.
Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif sangat kecil, semut adalah hewan terkuat kedua didunia. Semut jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari berat badannya sendiri, dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali dari berat badannya sendiri. Posisi pertama adalah Kumbang Badak dengan kemampuan menopang beban dengan berat 850 kali dari berat badannya sendiri.
Klasifiksai semut:
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Artropoda
Kelas:
Insekta
Ordo:
Hymenoptera
Upaordo:
Apokrita
Superfamili:
Vespoidea
Famili:
Formicidae


Secara morfologi tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).
Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. [8] Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik.
Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya.
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan prajurit tidak memiliki sayap.
Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan.
Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan (haploid). Semut are holometabolism, yaitu tumbuh melalui metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan pupa yang exarate) sebelum mereka menjadi dewasa. Tahap larva adalah tahap yang sangat rentan — lebih jelasnya larva semut tidak memiliki kaki sama sekali – dan tidak dapat menjaga diri sendiri.
Perbedaan antara ratu dan pekerja (dimana sama-sama betina),dan antara kasta pekerja jika ada, ditentukan pada saat pemberian makan saat masih menjadi larva. Makanan diberikan kepada larva dengan proses yang disebut trophallaxis dimana seekor semut regurgitates makanan yang sebelumnya disimpan dalam crop for communal storage. Ini juga cara yang digunakan semut dewasa memdistribusikan makananpada semut dewasa lainnya. Larva and pupa harus disimpan pada suhu yang cukup konstan untuk memastikan mereka tumbuh dengan baik, sehingga sering dipindahkan ke berbagai brood chambers dalam koloni.
Seekor semut pekerja yang baru memasuki masa dewasa menghabiskan beberapa hari pertama mereka untuk merawat ratu dan semut muda. Setelah itu meningkat menjadi menggali dan pekerjaan sarang lainnya, dan kemudian mencari makan dan mempertahankan sarang. Perubahan tugas ini bisa terjadi dengan mendadak dan disebut dengan kasta sementara. Sebuah teory mengapa seperti itu karena mencari makan memiliki risiko kematian yang tinggi, sehingga semut hanya berpartisipasi jika mereka sudah cukup tua dan bagaimanapun juga lebih dekat pada kematian. Pada beberapa spesies semut terdapat kasta fisik — pekerja bisa memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda, disebut pekerja minor, median, dan major.
 Biasanya semut yang lebih besar memiliki kepala yang tidak proporsional besarnya, dan correspondingly rahang yang lebih kuat. Semut seperti ini seringkali disebut semut "tentara" karena rahang mereka yang kuat membuat mereka lebih efektif ketika digunakan untuk bertarung dengan makhluk lainnya, namun mereka masih tetap seekor semut perkerja dan tugas mereka tidak banyak berbeda dengan pekerja minor atau median. Pada beberapa spesies semut tidak memiliki pekerja median, membuat pemisahan tegas dan perbedaan fisik yang jelas antara pekerja minor dan major.



E.     ALAT DAN BAHAN.

Alat;
1. stopwatch
2. Alat tulis
3. kamera
Bahan;
1.      semut

F.     LANGKAH KERJA.








Mencari koloni semut disuatu tempat

 





Mengamati perilaku semut ( interval waktu 3 menit) selama 30 menit.

 






Mengobservasi data tersebut

 





Membuat kategorisasi tiap perlakuan yang diamati

1.     Jantung kambing

 






Membuat kode untuk tiap perilaku yang diamati.

 






Membuat ethogram.

2.     Jantung kambing

 
 





















G.    DATA HASIL PENGAMATAN

1.      Waktu dan pelaksanaan
Spesies:     semut
Metode :    scan sampling.
Hari / tgl:   selasa, 02 mei 2011
Pukul ;       08. 40 – 09. 10 WIB
Tempat :    lapangan FBS UNY
Kondisi:    panas.
Alokasi :    30 menit.
2.      Hasil pengamatan.

Alokasi waktu 30 menit;

a ; 08.40-08.43 ( 3 menit pertama )
b ; 08.43-08.46 ( 3 menit ke dua    )
c ; 08.46-08.49 ( 3 menit ke tiga    )
d ; 08.49-08.52 ( 3 menit ke empat)
e ; 08.52-08.55 ( 3 menit ke lima   )
f ; 08.55-08.58 ( 3 menit ke enam  )
g ; 08.58-09.01 ( 3 menit ke tujuh  )
h ; 09.01-09.04 ( 3 menit ke delapan   )
I ; 09.04-09.07 ( 3 menit ke sembilan  )
J ; 09.07-09.10 ( 3 menit ke sepuluh   )

 Kategorisasi
1.      Berlari
Kode
Kategori
Hasil observasi
A
Berlari

A1
Keluar dari sarang
Semut keluar dari sarangnya
A2
Barlari  cepat
Semut berjalan dengan kecepatan yang lebih tinggi dan terlihat aktif
A3
Memutar-mutar
Semut memutar-mutar, berkeliling-keliling , dan berhenti dalam waktu yang lama .

2.      Makan

Kode
Kategori
Hasil observasi
B
Makan

B1
Mengintai
Melihat keadaan sekeliling
B2
Mendekati
Berjalan mendekati sumber makan
B3
Memilih
Mengintari makanan dengan cara mengelilingi makanan tersebut.
B4
Memakan
Memoncongkan mulut dan menghisap atau memakan makanan tersebut.
B5
Mengikuti jejak
Semut yang lainnya mengikuti jejak nya.

3.      Komunikasi

Kode
Kategori
Hasil observasi
C
komunikasi

C1
Menyeret perut
Ketika  telah menemukan makanan semut menyeret perutnya di tanah.
C2
Menggerakan antena
Semut yang lain menggerakan antena
C3
Antena bersentuhan
Antena antana kedua semut itu bersentuhan
C4
Memiringkan kepala
Semut tersebut memiringkan kepala.
C5
Menyentuh kepala
Menyentuh kepala bagian atas dan bawah semut yang akan diberikan informasi
C6
Semut lawan memperoleh informasi
Semut lawan memperoleh informasi ditandai dengan semut menyentuh tubuh semut pemberi ingormasi







Prosentase kategori
Kode
kategori
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
prosentase
A



x
x
x
x
x

x
60%
B
x
x
x
x

x

x
x

70%
C
x
x


x
x
x
x
x
x
80%











Ethogram


H.     PEMBAHASAN
Telah disebutkan bahwa semut hidup berkoloni dan di antara mereka terdapat pembagian kerja yang sempurna. Jika diteliti, kita dapati sistem mereka memiliki struktur sosial yang cukup menarik. Mereka pun mampu berkorban pada tingkat yang lebih tinggi daripada manusia. Salah satu hal paling menarik dibandingkan manusia, mereka tidak mengenal konsep semacam diskriminasi kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.
Pada praktikum yang berjudul pengamatan perilaku semut, dengan tujuan yaitu Dapat mengidentifikasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan semut dan dapat mengetahui prosentase tertinggi dari aktifitas yang dilakukan semut. Praktikum kali ini dengan memakai metode scan sampling. Interval waktu yang di pakai pada praktikum kali ini yaitu 3 menit dengan alokasi waktu 30 menit.
Adapun langkah kerja pada praktikum kali ini yaitu Mencari koloni semut disuatu tempat kemudian Mengamati perilaku semut ( interval waktu 3 menit) selama 30 menit. Selanjutnya Mengobservasi data tersebut dan Membuat kategorisasi tiap perlakuan yang diamati,  Membuat kode untuk tiap perilaku yang diamati dan yang terkahir Membuat ethogram.
Dari hasil praktikum maka dapat di kategorikan ;
A.    Berlari
Kategori ini dengan presentase 60%. Kategori berlari ini pada awalnya semut Berlari  yaitu pada saat Semut keluar dari sarangnya kemudian  berjalan dengan kecepatan yang lebih tinggi dan terlihat aktif Semut memutar-mutar, berkeliling-keliling , dan berhenti dalam waktu yang lama .
B.     Makan
Kategori ini dengan presentase 70%. Kategori ini pada awalnya semut Mengintai yaitu dalam artian semut melihat keadaan sekeliling kemudian Mendekati  dengan Berjalan mendekati sumber makan , setelah itu semut  Memilih yaitu  Mengintari makanan dengan cara mengelilingi makanan tersebut, setelah itu   memakan  dengan cara memoncongkan mulut dan menghisap atau memakan  makanan tersebut kemudian semut yang lainnya mengikuti jejak  Semut semut tersebut.
Sebagaimana aspek kehidupan mereka yang lain, semut bekerja secara sistematis dalam menyelesaikan masalah pangan. Semut pekerja tua ditugaskan sebagai penjelajah yang menyurvei tanah di sekitar sarang untuk mendapatkan sumber makanan bagi koloni yang populasi-nya mencapai ratusan ribu (bahkan terkadang jutaan). Ketika para pen-jelajah menemukan sumber makanan, mereka mengumpulkan teman-teman sesarang di sekitar makanan. Jumlah semut yang berkumpul bergantung pada besar dan kualitas sumber pangan ini. Semut menye-lesaikan masalah makanan dengan jaringan komunikasi yang sangat kuat dan juga dengan kemurahan hati mereka.
Semut yang bertugas mencari makan biasanya menjalankan tugas dengan cara yang sulit dijelaskan. Ia berangkat ke sumber makanan dengan berjalan berkelok-kelok, tetapi kembali ke sarang dengan rute lurus yang lebih singkat.
Semut menggunakan gigi untuk memakan telur laba-laba, ulat, serangga, dan rayap. Banyak spesies semut (misalnya Dacetine) yang khusus memakan serangga tanpa sayap. Serangga yang dimangsa Dacetine ini hidup berkelompok di tanah dan di daun busuk. Ia juga memiliki tonjolan berbentuk garpu di bawah tubuhnya. Ketika ia bergoyang dan berdiri tegak, organ ini melontarkan tubuhnya ke udara dan bergerak maju bagaikan kangguru mini. Semut Dacetine menggunakan rahangnya bagaikan perangkap hewan untuk menghadapi manuver mangsanya. Ketika semut pencari makan mencium bau serangga dengan antenanya, ia mengintai dengan rahang terbuka 180 derajat. Semut ini mengaitkan gigi kecilnya pada rahangnya dengan cara menekankannya ke langit-langit mulut. Lalu, semut memeriksa sekitar-nya dengan menggerakkan antenanya ke depan. Kemudian semut men-dekati serangga perlahan-lahan. Ketika antenanya menyentuh mangsa-nya, si serangga kecil terjangkau oleh gigi bawah semut. Ketika semut menurunkan langit-langit mulutnya, rahangnya mendadak menutup dan mangsanya terjepit di antara giginya.
Semut yang diceritakan ini tidak pernah meleset karena rahangnya memiliki refleks tercepat di dunia. Kecepatan kedipan mata kita sangat lambat jika dibandingkan de-ngan kecepatan gigitan semut ini ketika menjebak mangsanya. Kelopak mata kita membuka dan menutup dalam sepertiga detik; rahang semut Odontomachus bawi bekerja 100 kali lebih cepat. Gigitan tercepat yang teramati memakan waktu 0,33 milidetik.
Struktur rahang semut penjebak panjangnya sekitar 1,8 milimeter. Pada bagian dalamnya terdapat kantong udara yang menempel ke trakea. Sistem ini menyebabkan gigi dapat bergerak cepat. Rahangnya berfungsi sebagai perangkap tikus mini. Ketika berburu, rahang terbuka lebar dan siap menutup setiap saat. Kecepatan menggigitnya berkurang menjelang akhir proses menggigit. Agar giginya tidak beradu terlalu keras, gerakan rahang diperlambat dengan sistem otot khusus.
Semut yang menemukan sumber makanan meninggalkan jejak senyawa kimia di tanah melalui sengat pada bokongnya. Jejak yang dibuatnya membantu teman-temannya menemukan sumber makanan.
Ketika semut berpisah untuk mencari makanan, mereka mengikuti jejak bau selama beberapa lama, lalu akhirnya berpisah dan mencari makanan masing-masing. Sikap semut berubah jika sudah menemukan makanan. Kalau menemukan makanan, semut kembali ke sarang dengan berjalan lebih lambat dan tubuhnya dekat dengan tanah. Ia menonjolkan sengatnya pada interval tertentu dan ujung sengat menyentuh tanah seperti pensil menggambar garis tipis. Demikianlah semut api meninggalkan jejak yang menuju ke makanan.
C.    Komunikasi
Kategori ini dengan presentase 80%. pada kategori ini awalnya Ketika  telah menemukan makanan semut menyeret perutnya di tanah., Semut yang lain menggerakan antenna kemudian Semut lawan memperoleh informasi ditandai dengan semut menyentuh tubuh semut pemberi ingormasi.  Semut tersebut memiringkan kepala. Kemudian menyentuh kepala bagian atas dan bawah semut yang akan diberikan informasi  akhirnya antana kedua semut itu bersentuhan pertanda bahwa informasi telah disampaikan.
Pertama, semut pencari pergi ke sumber makanan yang baru ditemu-kan. Lalu mereka memanggil semut lain dengan cairan yang disebut feromon, yang disekresikan dalam kelenjar-kelenjar mereka. Saat kerumunan di sekitar makanan membesar, sekresi feromon membatasi pekerja. Jika makanan sangat kecil atau jauh, pencari menyesuaikan jumlah semut yang mencoba mencapai makanan dengan mengeluarkan isyarat. Jika makanan besar, semut mencoba lebih giat untuk mening-galkan lebih banyak jejak, sehingga lebih banyak semut dari sarang yang membantu para pemburu. Apa pun yang terjadi, tak pernah ada masalah dalam konsumsi makanan dan pemindahannya ke sarang, karena di sini ada “kerja tim” yang sempurna.
Semua kategori komunikasi yang disebut di atas dapat dikelompokkan dalam judul “Isyarat Kimiawi”. Isyarat kimiawi ini memainkan peran terpenting dalam organisasi koloni semut. Semiokemikal adalah nama umum zat kimia yang digunakan semut untuk tujuan menetapkan komu-nikasi. Pada dasarnya ada dua jenis semiokemikal, yaitu feromon dan alomon.
Alomon adalah zat yang digunakan untuk komunikasi antargenus. Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya, fero-mon adalah isyarat kimiawi yang terutama digunakan dalam genus yang sama dan saat disekresikan oleh seekor semut dapat dicium oleh yang lain. Zat kimia ini diduga diproduksi dalam kelenjar endokrin. Saat semut menyekresi cairan ini sebagai isyarat, yang lain menangkap pesan lewat bau atau rasa dan menanggapinya. Penelitian mengenai feromon semut telah menyingkapkan bahwa semua isyarat disekresikan menurut kebutuhan koloni. Selain itu, konsentrasi feromon yang dise-kresikan semut bervariasi menurut kedaruratan situasi.
Pada dasarnya terdapat beberapa kelenjar endokrin tempat reaksi kimia kompleks yang telah kita bicarakan terjadi. Sekresi yang dihasil-kan dalam enam kelenjar endokrin memungkinkan korespondensi kimiawi antarsemut. Akan tetapi, hormon-hormon ini tidak menunjuk-kan ciri-ciri yang sama dalam setiap spesies semut; setiap kelenjar endokrin memiliki fungsi terpisah dalam spesies semut yang berbeda.
Semut dapat saling mengenali dan membedakan keluarga dan temannya yang sekoloni. Para ahli zoologi masih menyelidiki bagaimana semut dapat mengenali keluarga-nya. Sementara manusia tak dapat membedakan beberapa semut yang mungkin ia temui, mari kita lihat sekarang bagaimana makhluk yang sangat serupa ini dapat saling mengenali.
Semut dapat dengan mudah mendeteksi apakah seekor semut lain berasal dari koloni yang sama atau tidak. Semut pekerja menyentuh tubuh semut satunya untuk mengenali, jika semut lain itu memasuki sarangnya. Ia dapat langsung membedakan semut yang sekoloni de-ngannya atau tidak, berkat bau koloni khusus pada tubuh. Jika semut yang memasuki sarang adalah semut asing, gerombolan semut akan menyerang tamu tak diundang ini secara kejam. Penghuni sarang meng-gigiti tubuh semut asing ini dengan rahang mereka yang kuat dan mem-buatnya tak berdaya dengan asam format, sitronelal, dan zat beracun lain yang mereka sekresikan.
Jika tamunya berasal dari spesies yang sama tetapi dari koloni lain, mereka juga dapat memahaminya. Dalam hal ini, semut tamu diterima di dalam sarang. Akan tetapi, semut tamu ini diberi makanan lebih sedikit sampai ia memperoleh bau koloni tersebut.
I.       KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan:

1.      Aktifitas yang dilakukan semut dalam alokasi waktu 30 menit adalah Berlari, Makan dan komunikasi.
2.      Prosentase terbesar aktifitas semut adalah pada saat komunikasi yaitu sebesar 80%.

LAMPIRAN DOKUMENTASI

                        SARANG                                                                            MAKAN
                                                                                                                                                                                                                                                                            
                        

                         MAKAN                                                                     ALUR SEMUT
                   
DAFTAR PUSTAKA

Harun yahya. 2004. Keajaiban Pada Semut. Jakarta. PT Gramedia.
http://www7.nationalgeographic.com/ngm/0708/feature5/did_you_know.html. diakses    pada tanggal 15 mei 2011 pada jam 08.35 WIB.
Purnomo, M. R. A. (2002). Hibridasi Algoritma semut dengan Algoritma Pencarian
       Lokal Pada Kasus Penjadwalan Flow Shop. Makalah pada Seminar Nasional
       BKSTI III, Surakarta.

2 komentar: